Olahraga Esport adalah cabang olahraga digital yang menggunakan game sebagai bidang kompetitif utama. Banyak yang mengatakan bahwa esport bukan olahraga. Hal tersebut banyak diucapkan oleh orang-orang yang tidak mengetahui fakta unik dari esport sendiri.
E-Sport diartikan sebagai bidang olahraga yang terorganisir dengan pelatihan khusus seperti halnya atlet profesional dari cabang olahraga sepak bola, bulutangkis, ataupun basket. Tak hanya itu, ada beberapa fakta unik tentang esport.
Sejarah Esport
Tak banyak yang tau bahwa esport sudah dipertandingkan sejak tahun 1972 dimana perangkat komputer dan internet masih sulit ditemukan. Namun semangat para gamers tetap membara di tengah keterbatasan-keterbatasan yang ada.
Terbukti dengan digelarnya sebuah kompetisi game oleh Stanford University, Amerika Serikat pada tanggal 19 Oktober 1972. Kompetisi “Galactic Space War Olympics” atau singkatnya “Space War” memiliki finalis para mahasiswa.
Hal itulah yang mengawali perkembangan esport dikenal oleh masyarakat dan terus dipertandingkan hingga saat ini.
Atlet Olahraga Esport yang Memiliki Skill Motorik Luar Biasa
Banyak yang mengatakan bahwa gamer tidak membutuhkan kondisi fisik yang prima saat bertanding. Hal itu disebabkan esport masih dipandang hanya sekedar sebagai video game dan hiburan semata.
Namun terdapat fakta unik dibalik esport itu sendiri. Para atlet esport juga memiliki skill motorik yang baik tak kalah dengan para atlet cabor lain.
Atlet esport harus bisa menggerakkan tangan mereka di keyboard dan mouse secara cepat agar tidak kalah saat bertanding. Kemampuan saraf motorik sangat dibutuhkan dalam pertandingan.
Para atlet harus bisa berpikir dengan cepat strategi atau taktik yang dipakai selama pertandingan kemudian menggerakkan tangan mereka di keyboard atau mouse secara bersamaan. Hal ini membuat mereka memiliki kemampuan bergerak yang sangat cepat dibandingkan dengan orang lain.
Atlet esport melakukan gerakan di keyboard dan mouse hingga 400 gerakan tiap menit dimana jumlah tersebut 4 kali lipat lebih banyak dibanding orang biasa.
Gerakan yang dilakukan juga asimetris. Artinya antara tangan kanan dan tangan kiri bergerak secara berbeda di waktu yang bersamaan. Hal ini sangat sulit dilakukan karena sangat membutuhkan kerja keras dari otak.
Hal itu masih dalam satu menit. Para atlet olahraga esport bisa menghabiskan waktu selama 8 jam per hari untuk latihan jika akan mengikuti turnamen. Tak heran skill motorik mereka dapat dikategorikan luar biasa.
Denyut Nadi yang Sama dengan Atlet Lari Marathon
Profesor Ingo Froböse ilmuwan dari German Sports University, melakukan penelitian terhadap atlet esport dan mendapat hasil yang mengejutkan.
Ketika atlet esport mengikuti sebuah kompetisi esport, orang-orang pasti memandangnya seolah-olah pemain hanya secara acak menekan keyboar dan menggerakkan mouse mereka. Namun setelah diteliti, para atlet esport kategori permainan strategi seperti Counter Strike atau League of Legends membutuhkan keterampilan motorik dan pemahaman taktik tingkat tinggi untuk mengalahkan lawannya.
Para ilmuwan pun melakukan penelitian dengan menguji hormon stres kortisol. Hasil yang mengejutkan bahwa jumlah kortisol yang dihasilkan atlet esport hampir sama dengan yang dimiliki oleh pengemudi balap. Tak hanya itu, denyut nadi para atlet esport juga mencapai 160 hingga 180 kali per menit, setara dengan pelari marathon.
Kedua hal tersebut belum termasuk dengan kemampuan motorik luar biasa yang harus dimiliki atlet esport untuk menggerakkan mouse dan keyboard saat bertanding.
Memang kelihatannya para atlet e-sport tampak seperti orang malas yang hanya terduduk di depan layar kaca komputer. Akan tetapi hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa esport ternyata lebih kompleks dari yang dibayangkan.
Nutrisi dan Latihan Fisik
Meski terlihat hanya duduk di depan komputer, para atlet esport juga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan latihan fisik secara rutin. Apabila kebutuhan nutrisi para atlet tidak tercukupi, sel-sel dalam tubuh mereka apalagi otak akan menghambat proses berlangsungnya pertandingan.
Sel-sel di otak akan turut kekurangan nutrisi membuat para atlet olahraga elektronik ini tidak bisa berkonsentrasi memikirkan strategi dan taktik saat laga dan kesulitan mengirimkan sinyal saraf motorik ke anggota gerak untuk menggerakkan keyboard dan mouse.
Posisi para atlet yang kebanyakan duduk membuat seringnya terjadi masalah muskuloskletal khususnya di bagian bahu dan leher. Untuk mencegah hal tersebut, para atlet harus melakukan pemanasan singkat dan peregangan di daerah tangan, bahu, leher, dan bahkan kaki mereka.
Profesor Ingo Froböse berpendapat bahwa para atlet esport harus melakukan latihan fisik secara teratur serta peregangan untuk merilekskan otot-otot tubuh.
Waktu Latihan Olahraga Esport
Para atlet menghabiskan waktu sekitar 8-9 jam per hari untuk menjadi atlet profesional. Olahraga cabang lain juga memiliki rutinitas yang sama dengan atlet esport meski dengan cara yang berbeda.
Atlet esport profesional membutuhkan banyak konsentrasi, dedikasi, praktik, persiapan mental dan stamina untuk mengikuti sebuah kompetisi e-sport. Perbedaan yang cukup besar antara cabor esport dengan cabor lain adalah para atlet esport butuh kemampuan intelektual dan logika yang baik untuk mengatur strategi dalam bermain game untuk bertanding.
Dalam dunia esport, kategori olahraganya adalah olahraga yang melibatkan motorik halus sama halnya dengan permainan catur dan bridge. Sementara olahraga pada umumnya banyak melibatkan motorik kasar.
Batasan Umur Atlet Esport
Sama halnya dengan atlet cabor lain, atlet esport memiliki batasan usia. Batas umur kondisi fit untuk seorang atlet esport adalah pertengahan 20.
Apabila melewati batas tersebut, seorang atlet esport akan kehilangan eksistensinya di dunia olahraga esport karena refleks yang sudah mulai menurun dan banyaknya kompetitor muda yang memasuki masa terbaiknya.
Namun bukan berarti para atlet tidak bisa memperpanjang karirnya. Rene Pinkera, atlet World of Warcraft mampu memperpanjang umur karirnya hingga lima tahun.
Penghasilan Fantastis
Para atlet esport profesional memiliki penghasilan yang bisa dibilang besar. Gaji atlet esport bisa mencapai 10 juta perbulannya tergantung atlet tersebut masuk ke tim mana. Bahkan survei dari Esportsearnings.com menyebutkan bahwa pemain pro bisa menghasilkan antara 1.000 hingga 5.000 dolar AS per bulan atau Rp 14,5 juta hingga 72 juta per bulannya.
Hal tersebut belum dihitung apabila para atlet memenangkan sebuah turnamen dan sumber pendapatan lain atlet esport. Mulai dari brand ambassador, google adsense layanan streaming channel pribadi, akan menambah angka tersebut.
Peresmian Esport di Tengah Pandemi
Pandemi tidak membuat esport diundur peresmiannya sebagai cabang olahraga kognisi bersama dengan catur dan counter bridge.
Peresmian esport sebagai cabang olahraga di Indonesia dilakukan oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan KEMENPORA (Kementrian Pemuda dan Olahraga) pada tanggal 25-27 Agustus 2020.
Meski menuai banyak kontroversi, esport tetap membuktikan prestasinya di kancah nasional bahkan internasional.
Setelah membaca fakta-fakta olahraga esport diatas tentu dapat dipastikan bahwa esport merupakan cabang olahraga yang patut diakui. Tak hanya diakui, cabang esport ini juga memiliki masa depan yang menjanjikan bagi para atlet esport.
Tak heran banyak generasi milenial yang bercita-cita menjadi atlet esport.