Liliyana Natsir adalah seorang pebulutangkis wanita yang sangat bertalenta dan memiliki skill yang ditakuti oleh pemain ganda lainnya. Wanita yang memutuskan pensiun dari dunia badminton pada tahun 2019 ini memiliki segudang prestasi tingkat dunia.
Bersama dengan pasangan di ganda campuran, yaitu Nova Widianto dan Tontowi Ahmad, Liliyana menyabet banyak gelar juara yang bisa membuatnya menjadi pemain sektor ganda campuran nomor satu di dunia. Berikut adalah 5 fakta terkait wanita yang akrab disapa Ci Butet ini.
Sudah Menyukai Badminton Sejak Kecil
Liliyana lahir di Manado pada tanggal 09 September 1985 dan merupakan anak bungsu dari dua bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis. Liliyana memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Kalista Natsir.
Liliyana tidak lahir di lingkungan keluarga atlet, namun ternyata menyukai olahraga badminton sejak umur 9 tahun. Bakatnya mulai tumbuh dan semakin terlihat ketika Butet duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Orangtua Butet yang mengetahui bakat anaknya ini kemudian mendaftarkan Butet ke salah satu klub lokal di Manado yang bernama Piso.
Dikutip dari wawancara dengan Kumparan, Butet mengatakan bahwa Sang Ayah cukup strict dalam mendidiknya. Apabila ketika pertandingan Butet malas-malasan dan kurang maksimal dalam berlatih pasti akan kena omelan dari Sang Ayah.
Sejak Umur 12 Tahun Harus Berpisah dengan Orangtua
Untuk mengejar mimpinya, Liliyana kecil harus rela sudah berpisah dari orangtua sejak umur 12 tahun. Kala itu, Liliyana masuk ke sebuah klub yang bernama Tangkas Alfamart. Sebagai anak bungsu dan masih belia, kesedihan sudah pasti dirasakan olehnya.
Biasanya selalu ada orangtua, Liliyana dipaksa untuk bisa mandiri saat itu. Sempat terpikir untuk pulang dan menyerah saja, namun ketika melihat teman-teman yang seumuran dengannya begitu mandiri, kuat, dan semangat, akhirnya memantapkan hati Liliyan untuk terus berjuang meraih mimpi.
Di Jakarta, Liliyana mendapatkan orangtua pengganti, yaitu kakak dari Ayah yang dipanggil ‘Oom’. Setiap weekend Liliyana diajak refreshing oleh keluarga Oomnya, mulai dari makan hingga berkumpul bercerita bersama.
Mengalami Masa Berat Saat Masuk Pelatnas
Pebulutangkis wanita ini masuk dalam Pelatnas pada tahun 2002. Di sini, Liliyana merasa bahwa masa berlatih di sana adalah masa terberat karena begitu banyaknya tekanan dan persaingan yang ketat. Pikiran takut didegradasi menghantuinya jika ia tidak berprestasi kala itu.
Pada umur 17 hingga 18 tahun, mental Liliyana sudah mulai goyah dan berpikir untuk pulang ke Manado saja meneruskan bisnis orangtuanya. Pada saat itu, Liliyana sudah ada di tim utama pada sektor ganda putri.
Liliyana diberikan kesempatan untuk mencoba pertandingan dan sudah menapaki kelas internasional. Namun, menang tidak didapat dengan mudah. Liliyana yang bermain di ganda putri selalu kalah di babak pertama atau kedua pada 10 pertandingan. Pernah ada beberapa senior yang mengoloknya karena hal ini dan sempat membuatnya down.
Sang Mama selalu memotivasinya untuk melakukan yang terbaik, apapun hasilnya. Hal itu yang membuat Liliyana kembali bangkit dan ingin membuktikan bahwa dia bisa berhasil di kota besar.
Pebulutangkis Wanita Tersukses di Indonesia Selain Susi Susanti
Bakat Liliyana mulai dilirik oleh Richard Mainaky saat bertanding di Pekan Olahraga Nasional. Waktu itu, Liliyana ditawari untuk bermain di sektor ganda campuran. Dari situlah, Liliyana Natsir semakin berkembang.
Di bawah pelatih Richard Mainaky, Liliyana memulai karier di sektor ganda campuran bersama Nova Widianto. Bersama Nova, Liliyana dapat menyabet beberapa gelar bergengsi, yaitu BWF World Championship tahun 2005 dan 2007, World Cup tahun 2006, Asian Championship tahun 2006, Asian Games tahun 2005 dan 2009.
Setelah Nova Widianto pensiun menjadi pemain, Liliyana Natsir dipasangkan dengan Tontowi Ahmad, yang umurnya lebih muda darinya. Di sini Liliyana berperan sebagai senior yang terus memberikan semangat kepada Tontowi untuk lebih berkembang.
Dengan Tontowi, Liliyana semakin banyak meraih gelar di level super series dan super series premiere. Namun, pencapaian paling suksesnya adalah ketika Liliyana bersama Tontowi berhasil menyabet juara di turnamen sekelas All-England selama 3 tahun berturut-turut dari tahun 2012 hingga 2014 dan BWF World Championship pada tahun 2013 dan 2017.
Yang membuat namanya menjadi semakin harum lagi adalah ketika berhasil menyabet medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro pada tahun 2016. Dengan sederet prestasi gemilang ini, Liliyana layak disebut sebagai pebulutangkis wanita tersukses di Indonesia setelah Susi Susanti.
Memiliki Berbagai Macam Bisnis
Pada tahun 2019, Liliyana Natsir memutuskan untuk pensiun dari dunia badminton. Hal ini dikarenakan beliau sudah mencapai pencapaian tertingginya, yaitu menyabet medali emas di ajang sekelas Olimpiade dan waktunya regenerasi dengan pemain muda yang ada di bawahnya.
Liliyana mengelola berbagai macam bisnis setelah pensiun dari dunia badminton seperti properti dan juga bisnis pijat dan refleksi.
Banyak hal yang bisa diambil dari pebulutangkis wanita yang sukses namun tetap humble ini. Pesan dari Liliyana Natsir yang bagus adalah, ‘jangan menyerah sebelum pertandingan berakhir.