Perkembangan teknologi ternyata tidak selalu memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat. Baru-baru ini marak tersebar informasi mengenai cara hacker bobol sistem untuk mencuri data orang lain, kemudian melakukan tindak kejahatan yang sangat merugikan.
Peretas atau biasa dikenal dengan sebutan hacker akan melakukan berbagai teknik untuk bisa capai tujuan mereka mulai dari mencuri data pribadi, menguras rekening, dan lainnya. Tindakan seperti ini akan sangat merugikan masyarakat, apabila tidak segera diatasi secara tepat dan tuntas.
Menurut “Daniel Prince” seorang Profesor Keamanan Siber Lancaster University setidaknya ada 5 cara yang dilakukan hacker untuk mengembangkan sistem jebakannya. Penasaran bagaimana cara hacker bisa meretas password, mencuri data, dan menguras rekening Anda?
Cara Hacker Bobol Sistem Menggunakan Artifial Intelligence (AI)
Prince menambahkan bahwasannya kebanyakan hacker mencuri data orang lain menggunakan teknologi AI. Lazimnya AI sifatnya terbuka dan bisa digunakan oleh siapapun, sehingga para kriminal menggunakan peluang ini untuk melakukan tindak kejahatan yang menguntungkan diri sendiri.
1. Menggunakan Metode Pancingan Phising
Artifial Intelligence (AI) seperti Google Bard dan ChatGPT sejak dulu memang memberikan layanan sistem penulisan. Para penulis yang belum memiliki skill profesional sekalipun, tetap bisa membuat karya tulisan atau pesan menarik untuk dikonsumsi oleh khalayak umum.
Sayangnya kemampuan AI dalam mendukung tulisan yang berkualitas, malah dijadikan ajang bagi para hacker untuk melakukan tindakan phising. Pelaku phising biasanya akan membuat pesan yang sangat meyakinkan dan masuk akal bagi pembaca agar dapat dipercaya.
Prince juga menyatakan bahwasannya ada sekitar 3,4 miliar email spam yang setiap hari akan dikirimkan oleh hacker. Jika mereka bisa meningkatkan pesan hingga persentase 0,000005%, maka setidaknya akan menghasilkan 6,2 juta korban phising tiap tahunnya.
2. Deepfake
Cara hacker bobol sistem tidak hanya dalam bentuk phising, tetapi juga ada yang namanya deepfake. Selain memiliki kemampuan dalam menulis yang bagus, teknologi AI juga mampu menghasilkan model matematika yang disematkan dalam data nyata berjumlah besar.
Prince juga menambahkan, teknologi deepfake sebenarnya terlalu ribet untuk diterapkan oleh hacker dalam mencari mangsa. Namun dengan menggunakan teknologi AI, mereka tetap mudah dalam meniru cara orang untuk merespon terhadap email, teks, suara, dan telpon.
Ditambah lagi informasi yang didapatkan dari media sosial lebih memudahkan para hacker untuk menipu orang lain. Hacker lebih cepat mendapatkan target potensial, kemudian deepfake bisa diterapkan untuk mengelabuhi orang lain mengetahui tindakan kriminalnya tersebut.
3. Interaksi Otomatisasi
Bagaimana cara hacker meretas situs dan sistem lainnya? Selain menggunakan phising dan deepfake, hacker juga terbiasa menerapkan interaksi otomatisasi. Metode seperti ini biasa ditemukan dalam situs layanan dan pelanggan, sehingga masyarakat tidak mudah menyadari.
Metodenya tentu tidak menggunakan percakapan, teks, dan telepon seperti phising ataupun deepfake. Justru interaksi otomatisasi malah memungkinkan respon cepat kepada pelanggan dan para kriminal lebih mudah mendapatkan kepercayaan penuh tanpa ada kecurigaan.
Cara kerjanya para hacker akan meniru layanan legal seperti email, bank lewat telepon, dan metode lainnya untuk mendapatkan informasi selengkapnya mengenai target. Makin lengkap pelanggan menjabarkan data pribadi, maka makin mudah pergerakan hacker menguras uang.
4. Wardriving (Memanfaatkan WiFi Tidak Aman)
Tidak semua pengguna internet khususnya media sosial mengamankan router masing-masing, sehingga kondisi seperti ini akan dijadikan kesempatan oleh para hacker untuk menyusup ke jaringan. Mengapa hacker bisa menyusup ke jaringan komputer atau smartphone orang lain?
Pengguna smartphone atau komputer yang tidak mengamankan router akan membuat jaringan nirkabelnya terbuka, sehingga hacker akan lebih mudah menyusup ke jaringan. Aktivitas seperti ini dinamakan dengan wardriving, dimana hacker lebih mudah mencuri data target.
Para hacker hanya perlu melewati keamanan dasar untuk mendapatkan akses perangkat dalam jaringan. Setelah berhasil masuk ke jaringan router, mereka akan lebih mudah dalam mengakses media sosial, M-Banking, dan mencuri informasi pribadi milik target tersebut.
5. Brute Forcing
Cara hacker bobol sistem yang terakhir dengan menerapkan metode brute forcing. Tentu masyarakat awam belum banyak mengetahui tentang sistem hacker seperti ini. Brute forcing bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi AI, sehingga makin mudah mencari target.
Brute forcing pada umumnya dikenal sebagai teknik membobol kata sandi. Para hacker akan mencoba berbagai kemungkinan kombinasi abjad, karakter, dan angka yang cocok. Dengan menerapkan teknologi AI, justru proses seperti ini tidak akan memakan banyak waktu.
Prince menambahkan, algoritma dalam sistem aplikasi bisa dilatih dengan menggunakan data target untuk menemukan kata sandi yang digunakan. Dalam menerapkan brute forcing, para hacker tidak perlu mengumpulkan banyak sumber karena bisa bekerja dengan sendirinya.
Teknologi AI akan lebih mudah dalam memanen data internet Anda, oleh sebab itu jangan sembarangan memasukkan data pada web yang tidak resmi. Para hacker terkadang juga akan menciptakan aplikasi untuk menipu lebih banyak orang dengan metode permainan tertentu.
Tetap Tenang dan Selalu Waspada
Kendati makin banyak trik hacker dalam mencuri data atau menyusup ke jaringan orang lain, Prince mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan selalu waspada. Walaupun AI kerap dimanfaatkan oleh hacker untuk berbuat kejahatan, namun masih banyak mendatangkan manfaat positif.
Prince menghimbau masyarakat untuk bisa beradaptasi dan mengerti dunia teknologi, sehingga mudah menyadari jebakan hacker. Anda juga perlu memberikan keamanan ganda pada sistem router agar mendapatkan konfirmasi saat ada pihak lain yang mengakses aplikasi ataupun jaringan pribadi.
Semakin banyak cara hacker bobol sistem, justru mendorong individu untuk selalu proaktif dalam mengerti tentang Artifial Intelligence (AI). Ketika tindakan hacker sangat merugikan, maka bisa minta bantuan pihak berwenang untuk membasmi tuntas kejahatan agar korbannya tidak bertambah.